BEGINILAH CANDA DAN GURAU RASULULLAH DALAM ISLAM. PART #2 (Terhadap Anak-anak)
Oleh: Usmul Hidayah
2.
Gurau Nabi dengan Anak-Anak
Kemaren kami telah membahas
tentang canda dan gurau Rasulullah terhadap keluarganya dengan tema BEGINILAH CANDA DAN GURAU RASULULLAH DALAM ISLAM. PART #1 (Terhadap Keluarga). Bagi yang belum membaca Part #1, kalian bisa membacanya
dengan mengklik link atau pun tulisan tersebut. Dan kali ini kami akan
melanjutkan artikel tersebut dengan sub tema canda dan gurau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap
anak-anak atau dengan istilah PART #2.
Anak
adalah amanah yang telah Allah subhanahu
wata’ala berikan kepada pasangan suami istri di dalam keluarga. Tidak bisa
dipungkiri, jika keluarga belum atau tidak mempunyai anak maka keluarga
tersebut merasakan kekurangan meskipun tempat tinggalnya di kelilingi oleh
hiburan ataupun perhiasan dunia lainnya. Bagi pasangan suami istri yang belum
dianugerahi anak, semoga disegerakan oleh Allah subhanahu wata’ala dan bagi yang sudah mendapatkannya,
banyak-banyaklah bersyukur kepada Allah.
Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik (ihsan)
kepada anak-anak serta bersungguh-sungguh dalam mempergaulinya
dan dalam hal ini tidak terlepas dari senda gurau orang tua terhadap anaknya. Senda
gurau bermaksud
untuk menambah keakraban agar terciptanya
hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Demikian ini, termasuk bagian dari menunaikan amanah Allah.
Sebaliknya, melalaikan hak-hak mereka termasuk perbuatan khianat terhadap
amanah Allah. Banyak nash-nash syar’i yang mengisyaratkannya.
Allah berfirman:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى
اَهْلِهَاۙ
Artinya: “Sungguh,
Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. (QS. An-Nisa’:
58)
Selaku
orang tua harus mengetahui gurauan dan candaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap anak-anak. Karena sesungguhnya
beliau adalah suri teladan yang pantas diteladani, baik dari perkataan, perbuatan
maupun persetujuannya, terlebih lagi gurauan dan candaan beliau tehadap
anak-anak. Meskipun beliau sebagai Nabi dan Rasul, panglima dan pendidik, serta
pengajar umat ini, namun beliau tidak melupakan anak-anak yang akan menjadi
para penerus atau ulama masa depan. Beliau adalah orang yang paling penyayang
kepada anak-anak dan keluarganya.
Adapun
hadits atau dalil Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersenda gurau terhadap anak-anak, sebagai berikut:
Hadits Pertama
Telah
diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dengan sanad keduanya Abu at-Tayah, dia
berkata, Aku mendengar Anas bin Malik, berkata:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا وَكَانَ لِي أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو
عُمَيْرٍ قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ كَانَ فَطِيمًا قَالَ فَكَانَ إِذَا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَآهُ قَالَ أَبَا عُمَيْرٍ
مَا فَعَلَ النُّغَيْرُ قَالَ فَكَانَ يَلْعَبُ بِهِ
Artinya: “Dari Anas bin Malik ia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling baik
akhlaknya. Aku mempunyai saudara laki-laki yang bernama Abu Umair. Perawi
mengatakan; aku mengira Anas juga berkata; 'Kala itu ia masih disapih."
Biasanya, apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang dan
melihatnya, maka beliau akan menyapa: 'Hai Abu Umair, bagaimana kabar si nughair
(burung pipit). Abu Umair memang senang bermain dengan burung tersebut”.
(Hadits Shahih Muslim)
Nughair adalah bentuk tashghir
(pengecilan kata) dari annaghru,
yaitu burung yang mirip dengan burung pipit, paruhnya berwarna merah. Bentuk jamaknya
adalah annughraanu. (Lihat
an-Nihayah, 5/86. Hadits ini adalah hadits Muttafaq alaih; diriwayatkan oleh
al-Bukhari dalam Kitab al-Adab Bab al-inbisath ila an-Nas, 8/37, dan Muslim,
Kitab al-Adab, 3/2150)
Hadits
ini menunjukkan kemuliaan akhlak dan bahwa boleh ada perbedaan sifat dari
seorang mukmin antara saat dia di rumah dengan saat dia keluar, di rumah lebih
banyak guraunya, bila keluar lebih tenang dan berwibawa kecuali bila
dikhawatirkan riya’. Hadits ini menunjukkan bahwa di antara akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
menghibur orang-orang yang duduk bersama beliau, hingga setiap orang
mendapatkan jatahnya dari beliau. Demikian juga kedatangan beliau kepada Ummu
Sulaim, beilau menjabat tangan Anas, mencandai Abu Umair yang masih kecil,
tidur di atas kasur Ummu Sulaim, semuanya mendapatkan bagian dari keberkahan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadits Kedua
Tentang
keinginan anak-anak untuk selalu dekat dengan Nabi shallalhu ‘alaihi wasallam
dan bertemunya mereka dengan beliau di jalan. Tsabit meriwayatkan dari Anas,
Anas berkata:
نْ أَنَسٍ قَالَ أَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أَلْعَبُ مَعَ الْغِلْمَانِ قَالَ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا فَبَعَثَنِي إِلَى
حَاجَةٍ فَأَبْطَأْتُ عَلَى أُمِّي فَلَمَّا جِئْتُ قَالَتْ مَا حَبَسَكَ قُلْتُ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ
قَالَتْ مَا حَاجَتُهُ قُلْتُ إِنَّهَا سِرٌّ قَالَتْ لَا تُحَدِّثَنَّ بِسِرِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدًا قَالَ أَنَسٌ وَاللَّهِ لَوْ
حَدَّثْتُ بِهِ أَحَدًا لَحَدَّثْتُكَ يَا ثَابِتُ
Artinya: "Dari Anas dia berkata; Saya pernah
didatangi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika saya sedang
bermain dengan teman-teman yang lain. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada
kami dan menyuruh saya untuk suatu keperluan hingga saya terlambat pulang ke
rumah. Sesampainya di rumah. ibu bertanya kepada saya; 'Mengapa kamu terlambat
pulang? Maka saya pun menjawab; 'Tadi saya disuruh oleh Rasulullah untuk suatu
keperluan.' Ibu saya terus bertanya; 'Keperluan apa? ' Saya menjawab; 'Itu
rahasia.' Ibu saya berkata; "Baiklah, Janganlah kamu ceritakan rahasia
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada siapapun." Anas berkata; "Demi
Allah, kalau saya boleh menceritakan rahasia tersebut kepada seseorang, niscaya
saya pun akan menceritakannya pula kepadamu hai Tsabit!" (Hadits
Shahih Muslim No. 4533)
Al-Qurthubi
meringkas faidah-faidah hadits ini dengan berkata, “Hadits ini berisi dalil
membiarkan anak-anak bermain-main dan bersenang-senang, mereka tidak patut
dilarang dari hal itu selama tidak mengandung suatu yang dilarang. Hadits ini
juga berisi dalil disyariatkannya mengucapkan salam kepada anak-anak, faidahnya
adalah melatih, membiasakan dan mendidik mereka untuk melakukannya dan
menyebarkannya. Anas tidak mau membuka rahasia Rasulullah walaupun kepada ibunya,
ini menunjukkan akalnya yang sempurna. (Al-Mufhim
li ma Asyakala min Talkhish Kitab Muslim Abu al-Abbas Ahmad bin Umar
al-Qurthubi, 6/412)
Hadits Ketiga
Di
antara canda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan anak-anak, terutama
anak-anak perempuan adalah apa yang diriwayatkan Anas bin Malik, dia berkata:
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ كَانَتْ عِنْدَ أُمِّ سُلَيْمٍ يَتِيمَةٌ وَهِيَ أُمُّ أَنَسٍ فَرَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْيَتِيمَةَ
فَقَالَ آنْتِ هِيَهْ لَقَدْ كَبِرْتِ لَا كَبِرَ سِنُّكِ فَرَجَعَتْ الْيَتِيمَةُ إِلَى أُمِّ سُلَيْمٍ تَبْكِي فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ مَا لَكِ يَا بُنَيَّةُ
قَالَتْ الْجَارِيَةُ دَعَا عَلَيَّ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا يَكْبَرَ سِنِّي فَالْآنَ لَا يَكْبَرُ سِنِّي أَبَدًا أَوْ قَالَتْ قَرْنِي
فَخَرَجَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ مُسْتَعْجِلَةً تَلُوثُ خِمَارَهَا حَتَّى لَقِيَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَكِ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ يَا نَبِيَّ اللَّهِ أَدَعَوْتَ عَلَى يَتِيمَتِي قَالَ وَمَا ذَاكِ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ
قَالَتْ زَعَمَتْ أَنَّكَ دَعَوْتَ أَنْ لَا يَكْبَرَ سِنُّهَا وَلَا يَكْبَرَ قَرْنُهَا قَالَ فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ قَالَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ أَمَا تَعْلَمِينَ أَنَّ شَرْطِي عَلَى رَبِّي أَنِّي اشْتَرَطْتُ عَلَى رَبِّي فَقُلْتُ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَرْضَى كَمَا
يَرْضَى الْبَشَرُ وَأَغْضَبُ كَمَا يَغْضَبُ الْبَشَرُ فَأَيُّمَا أَحَدٍ دَعَوْتُ عَلَيْهِ مِنْ أُمَّتِي بِدَعْوَةٍ لَيْسَ لَهَا بِأَهْلٍ أَنْ
يَجْعَلَهَا لَهُ طَهُورًا وَزَكَاةً وَقُرْبَةً يُقَرِّبُهُ بِهَا مِنْهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
Artinya: Anas bin Malik dia berkata; "Ummu
Sulaim, yaitu ibu Anas, mempunyai seorang anak yatim perempuan. Pada suatu
ketika, Rasulullah melihat anak yatim tersebut dan berkata: 'Oh kamu rupanya!
Kamu memang sudah besar tapi belum dewasa.' Mendengar ucapan tersebut, anak
yatim perempuan itu kembali kepada Ummu Sulaim sambil menangis. Kemudian Ummu
Sulaim bertanya; 'Ada apa denganmu hai anakku? ' Anak perempuannya itu
menjawab; 'Rasulullah telah mengatakan kepada saya bahwasanya saya belum dewasa
dan saya tidak akan menjadi dewasa selamanya.' Mendengar pengaduan anak
perempuannya itu, akhirnya Ummu Sulaim pun segera keluar dari rumah dengan
mengenakan kerudungnya untuk bertemu Rasulullah. Setelah bertemu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam Iangsung bertanya: 'Ada apa denganmu ya Ummu
Sulaim? ' Ummu Sulaim menjawab; 'Anak perempuan saya mengadu kepada saya
bahwasanya engkau mengucapkan kata-kata yang menyedihkan hati anak perempuan
saya yang yatim.' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam balik bertanya:
'Apakah maksudmu hai Ummu Sulaim? ' Ummu Sulaim mulai menjelaskan; 'Kata anak
perempuan saya, engkau telah mengatakan bahwasanya ia tidak akan menjadi
dewasa.' Mendengar keterangan itu, Rasulullah pun tertawa dan berkata: 'Hai
Ummu Sulaim, tidak tahukah kamu apa yang pernah aku syaratkan kepada Tuhanku?
Sesungguhnya ada syarat yang harus aku penuhi terhadap Tuhanku. Aku berkata;
'Ya Tuhanku, aku hanyalah seorang manusia. Aku dapat bersikap ridha sebagaimana
orang lain dan aku juga dapat marah, sebagaimana orang lain. Apabila ada
seseorang dari umatku yang tersakiti oleh kata-kata ku yang semestinya tidak
layak aku ucapkan kepadanya, maka jadikanlah hal tersebut sebagai pelebur dosa
dan sebagai pahala yang dapat mendekatkannya kepada-Mu di hari kiamat kelak.'
Abu Ma'an berkata; 'Lafazh yatimah yang disebutkan tiga kali dalam hadits ini
seharusnya diucapkan dalam bentuk tashgir (panggilan untuk makna kecil), yaitu
dengan bunyi yutaimah (si yatim kecil).' (Hadits Shahih Muslim)
An-Nawawi berkata, “Sabda Nabi dalam hadits ini, “Semoga umurmu tidak bertambah”, dan dalam hadits Mu’awiyah, “Semoga Allat tidak membuat perutnya kenyang”, dan yang sepertinya, maksudnya bukan do’a yang sebenarnya, namun Nabi tetap khawatir ucapannya itu dikabulkan oleh Allah, maka beliau memohon kepada Rabbnya agar menjadikannya sebagai rahmat, kaffarat (penebus dosa), kedekatan, penyuci, dan pahala bagi siapa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya kepadanya”. (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 8/400)
Itulah
beberapa hadits atau dalil canda dan gurau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap anak-anak. Sebenarnya masih
banyak lagi hadits tersebut, karena keterbatasan Penulis untuk memuatnya, maka
Penulis hanya memuat tiga hadits sebagai rujukan ataupun contoh. Semoga dengan
adanya artikel ini, dapat memberikan manfaat kepada Pembaca dan menjadi
motivasi agar kedua orang tua untuk selalu bersikap ramah terhadap anak-anak
(anak sendiri maupun anak-anak lainnya) terutama senda gurau dalam hal
kebaikan.
In syaa Allah, tulisan
seterusnya (Lanjutan) kita bahas Canda
dan Gurau Nabi terhadap Sahabatnya. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi
bagi kita semua dan menjadi motivasi untuk terus meneladani Suri Tauladan Terbaik
sepanjang masa yaitu Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam hingga akhir zaman. Semoga kita mendapatkan syafa’at
beliau di padang mahsyar dan dapat meminum air di telaga kausarnya. Aamiin....
Posting Komentar