KISAH SINGKAT PENUH INSPIRASI, MENGAPA KITA HARUS BERSYUKUR DAN BERSABAR?
Oleh: Usmul Hidayah
Literasisambas.org - Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang Maha
Pengasih dan Penyayang. Berkat rahmat-Nya sehingga kita masih bisa menghirup
udara secara bebas dan tanpa ada halangan apa pun. Maka, tidak ada cara lain
berterima kasih kepada Sang Pencipta dengan mengucapan kalimat Hamdalah dan mengerjakan segala
perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Karena sesungguhnya seorang
hamba yang beriman, pasti menyakini, apa bila ia bersyukur maka Allah akan
menambah nikmatnya, dan apabila ia ingkar, maka ia pun mengetahui apa yang ia dapatkan.
Sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ
لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat”. (QS. Ibrahim: 7)
Shalawat
dan salam terus tercurah kepada manusia terbaik langsung dipilih oleh Allah dan
sebagai penutup semua nabi dan rasul sehingga tidak ada lagi nabi dan rasul
yang diutus oleh Allah setelahnya, yakni Nabi besar kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga
kemuliaan terus mengalir kepada Beliau, keluarganya, para sahabatnya dan para penurusnya
yang terus memperjuangkan dan mengamalkan hukum Allah dan Sunnahnya hingga
akhir zaman.
وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ
فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ
اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Artinya: “Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am: 59)
Seorang
hamba yang beriman, ia tidak akan bersedih ketika apa yang ia kehendaki tidak
dikabulkan oleh Allah. Begitu juga sebaliknya, apa sesuatu yang telah ia capai,
tidak membuatnya sombong. Karena ia menyakini bahwa semuanya adalah terbaik
untuknya sesuai dengan ketentuan Allah. Apa yang telah terjadi tugas seorang
hamba tidak lain hanyalah bersabar bila tidak sesuai dengan keinginan dan
bersyukur apabila ia mendapatkan kenikmatan. Begitu indah seorang muslim
apabila ia mengamalkan suatu amalan yang membuatnya mulia di hadapan Allah
kelak.
Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ
ذَاكَ لِأَحَدٍ
إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Dari Shuhaib berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik
dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan,
ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar
dan sabar itu baik baginya". (Hadits Shahih Muslim
No. 5318)
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan
bersyukur di saat senang dan bersabar di saat susah, bahkan kedua sifat inilah
yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba. Abdullah bin Mas’ud berkata:
“Iman itu terbagi menjadi dua bagian;
sebagiannya (adalah) sabar dan sebagian (lainnya adalah) syukur”. (Dinukil
oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab Uddatush shaabiriin, hal. 88)
Sedangkan, di dalam Al-Qur’an, Allah memuji secara khusus hamba-hamba-Nya
yang memiliki dua sifat ini sebagai orang-orang yang bisa mengambil pelajaran ketika
menyaksikan tanda-tanda Kemahakuasaan Allah.
Sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala yang
Agung.
اَلَمْ تَرَ اَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ
بِنِعْمَتِ اللّٰهِ لِيُرِيَكُمْ مِّنْ اٰيٰتِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ
لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
Artinya: “Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur”. (QS. Luqmaan: 31)
Sebuah
kisah singkat dan nyata penuh inspirasi yang patut kita renungkan. Menyakini
bahwa sifat syukur dan sabar adalah sebuah kekuatan, kepastian, bahwa Allah itu
Maha Kuasa, apa yang telah Dia janjikan lewat firman-Nya. Dari kisah ini, kita bisa belajar
bagaimana mensyukuri apa pun yang kita miliki dan tetap bersabar dengan apa
yang menimpa kita.
Seorang
anak muda (27 tahun), yang ditinggalkan oleh ayahnya karena meninggal dunia. Saat
itu, anak muda tersebut masih memerlukan sosok ayah untuk memenuhi segala
kebutuhan keluarga, karena dia hanyalah seorang honor biasa di sekolah negeri. Sang
ibu hanya seorang petani yang tidak mempunyai penghasilan tetap, dan mempunyai
adik perempuan masih duduk di bangku sekolah dan masih memerlukan banyak biaya.
Tapi anak muda tetap bersabar menerima takdir yang Allah tetapkan meskipun ia
menjadi tulang punggung keluarga.
Seiring
berjalan setiap cobaan yang datang baik dari segi ekonomi, dari segi sosial dan
lainnya ia tetap bersabar. Dan ia tetap bersyukur setiap kenikmatan yang
datang. Apabila ia mendapatkan sedikit rezeki, di hatinya selalu berkata, “ini untuk ummak, ini untuk keperluan ummak,
ini untuk keperluan dedek”. Ia juga tidak lupa bersedekah di atas kesusahan
yang ia dapatkan sejak ditinggalkan ayahnya. Apa yang ia keluhkan selalu
dicurhatkan disetiap sujudnya, dan inilah salah satu senjata anak muda tersebut.
Sebagaimana Allah berfirman:
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ
Artinya:
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan salat”. (QS. Al-Baqarah: 45)
Apabila
kita menghitung dengan ilmu matematika, seorang yang hanya honor biasa dengan
gaji yang segitu (Saat itu. maaf, tidak
disebutkan nominalnya) tidak akan mencukupi bahkan banyak kurangnya untuk
keperluan pribadinya, apalagi untuk keperluan keluarga. Tapi kekuasaan Allat
tidak begitu. Apabila kita mengandalkan otak untuk berpikir, maka keajaiban
seperti itu tidak akan nyampai bahkan tidak akan menemukan jawabannya.
Pada
kondisi itulah, kekuatan iman kita diuji, apakah yakin dan kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam menyelesaikan masalah dan menjalani kehidupan kedepannya. Begitu juga
sebaliknya, syaitan juga bekerja keras untuk menggoda manusia di saat kita
kepayahan akan was-wasnya tentang masa depan yang berkaitan dengan dunia.
Sebagaimana
firman Allah subhanahu wa ta’ala:
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ
فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ
Artinya:
“Dari kejahatan (bisikan) setan yang
bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari
(golongan) jin dan manusia”. (QS. An-Naas: 4-6)
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ
اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ
شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki
dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu”. (QS. At-Talaq: 2-3)
Wallahua’lam....
Posting Komentar