6 AKHLAK PENUNTUT ILMU TERHADAP GURU DALAM ISLAM
Oleh: Usmul Hidayah
Akhir-akhir ini, banyak siswa tidak lagi menjunjung
tinggi adab atau akhlak yang baik terhadap gurunya. Telah kita temukan banyak
kasus dimana siswa tidak lagi menghormati gurunya. Salah satu contoh dari
banyak kasus yang telah diterbitkan oleh Merdeka.com pada tanggal 10 Februari
2019 pukul 18:49, yaitu seorang siswa menantang guru karena guru tersebut menegur
siswa merokok di dalam kelas dan juga sempat viral di media sosial. Bukankah dengan
menegur siswa yang berbuat salah adalah sebuah bentuk kasih sayang yang telah
diberikan oleh seorang guru?
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ
كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنْ الْمُنْكَرِ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukanlah termasuk golongan kami, mereka yang tidak mengahisihi anak-anak kecil kami dan tidak pula menghormati orang tua kami, serta tidak menyuruh yang ma'ruf dan melarang yang munkar”. (Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 1844)
Dengan kejadian tersebut dapat kita renungkan, bahwa
bagaimana seorang siswa dapat belajar dengan baik dan mendapatkan keberkahan
ilmu jika ia sendiri tidak mengetahui adab berinteraksi dengan gurunya. Di bawah
ini, ada beberapa point penting yang harus
diketahui oleh siswa yakni adab
siswa
terhadap gurunya, yakni sebagai berikut:
1.
Bersikap Tawadhu’ Terhadap Guru
Tawadhu’ adalah perilaku manusia yang memiliki watak
rendah hati, tidak sombong, atau merendahkan diri agar tidak terlihat sombong.
Tawadhu’ bukan hanya sekadar tata kerama belaka, namun perilaku ini memiliki
makna yang jauh lebih dahulu dari sopan santun, yaitu sikap batin yang menjelma
dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana.
Ilmu tidak akan didapat kecuali dengan tawadhu’ dan
mencurahkan perhatian maksimal dalam mendengar penjelasan guru. Sikap tawadhu’
seorang siswa kepada gurunya akan mengangkat derajatnya dan rendah dirinya di
hadapan gurunya akan menambah kemuliaannya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:
وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya: “Dan tidaklah seorang yang tawadhu' karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya”. (Hadits Jami' At-Tirmidzi No. 1952)
2.
Sopan Ketika Berbicara dengan Guru
Di antara bentuk sopan santun ialah tidak memanggil
namanya secara langsung, tapi diawali dengan panggilan Pak, Bu, Ustadz,
Ustadzah, Kiai, atau yang sejenisnya dengan nada rendah. Tidak juga berbicara
dengannya dari kejauhan sambil mengeraskan suara kecuali jika terpaksa.
Inilah petunjuk al-Qur’a dalam berinteraksi dengan
seorang guru. Sebagaimana perintah Allah kepada para sahabat, para siswa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk memanggil Nabi Muhammad dengan panggilan yang mulia, tidak seperti
panggilan-panggilan lain pada umumnya.
Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman:
لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ
بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ
Artinya: “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain)”. (QS. An-Nur: 63)
3.
Beradab Ketika Mengajukan Pertanyaan
Seorang siswa ketika bertanya hendaknya dengan tutur
kata yang lemah lembut, tidak meninggikan suara, tidak beranya dengan tujuran
berdebat atau ingin merendahkan seorang guru. Jika demikian, niscaya ia tidak
akan mendapatkan banyak ilmu dari gurunya. Jangan betanya untuk mengetes
keilmuan guru atau mencari kelemahan dan kesalahannya. Ini merupakan adab buruk
dan tidak selayaknya dilakukan oleh seorang penuntut ilmu. Dan bertanya jika
butuh, bukan untuk mencari perhatian guru agar dianggap siswa yang aktif atau
ingn menyombongkan diri dihadapan teman-teman lainnya.
Adapun adab bertanya kepada guru dimulai dari mengucapkan salam, memberitahu nama, jelas, singkat dan juga padat. Jangan pernah menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya (Zain bin Ibrahim).
4.
Tidak Memotong Penjelasan Guru
Seorang siswa hendaknya mendengarkan dengan baik apa
yang dijelaskan oleh gurunya hingga selesai. Setelah itu, silahkan siswa bertanya atau
mengomentari apa yang dijelaskan oleh gurunya tadi.
Firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-A’raf: 204)
Menyimak guru atau seseorang yang sedang memberikan ilmu kepada kita merupakan salah satu adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara, jangan memainkan hp, jangan bergurau atau mengganggu teman yang lain atau melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelajaran yang disampaikan saat menuntut ilmu, dalam artian kita harus fokus mendengarkan dan menyimak.
5.
Sabar Bergaul dengan Guru yang Memiliki Sifat Keras
Sebagian guru ada yang memiliki sifat keras, mudah marah
bahkan tidak mau mendengarkan apapun alasan dari siswanya. Maka seorang siswa
yang baik dan bijak akan sabar bergaul dengannya demi mendapatkan keberkahan
ilmu. Barangsiapa yang tidak sabar, maka ia tidak akan memperoleh banyak
kebaikan darinya, yang akhirnya merugikan dirinya sendiri.
Firman Allah subhanahu
wa ta’ala:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا
وَرَابِطُوْاۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ ࣖ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)
Dalam surat Al-'Asr ayat 2-3 juga disebutkan bahwa orang-orang yang sabar saling menasihati kesabaran tidak masuk dalam golongan manusia yang rugi.
6.
Selalu Mengenang Jasa Guru dan Mendo’akannya
Mengenang jasa guru bisa dilakukan dengan beberapa
cara. Di antaranya dengan sering menyebut kebaikan guru di hadapan orang lain. Dan
ketika ada orang yang mengunjingnya atau menyebut keburukan gurunya, maka ia
membelanya. Jika tidak mampu membela karena alasan tertentu, maka hendaknya ia
pergi dari tempat gunjingan tersebut. Dan di antara mengenang jasa guru iala
selalu mendo’akannya, baik masih hidup maupun telah meninggal dunia.
Imam Ahmad bin Hambal yang merupakan salah seorang siswa
Imam Syafi’i, pernah berkata, “Aku bedo’a
kepada Allah untuk guruku, Imam asy-syafi’i, dalam shalatku sejak empat puluh
taun yang lalu”.
ﻗَﺎﻝَ
ﺃَﺣْﻤَﺪُ:
ﻭَﺇِﻧِّﻲ
ﻷَﺩْﻋُﻮ
ﻟِﻠﺸَّﺎﻓِﻌِﻲِّ ﻣُﻨْﺬُ ﺃَﺭْﺑَﻌﻴﻦَ
ﺳَﻨَﺔٍ ﻓِﻲ ﺻﻼﺗﻲ
“Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta Muhammad bin Idris asy-Syafi’i”. (Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra: 3/300)
Sebuah
kisah menarik yang pantas untuk kita kagumi dan teladani yakni seorang hanya menanyakan
sebuah pertanyaan yang sederhana kepada seseorang. Alkisah, suatu ketika Imam Syafi'i pernah tiba-tiba mencium tangan dan memeluk
hangat seorang laki-laki tua yang kebetulan bertemu muka dengannya. Tindakan
ini jelas mengundang tanya para sahabat dan siswa-siswa Imam Syafi'i.
"Wahai
Imam, mengapa engkau mau mencium tangan dan memeluk lelaki tua yang tak dikenal
itu? Bukankah masih banyak ulama yang lebih pantas diperlakukan seperti itu
dari pada dia?"
tanya salah seorang sahabatnya.
Dengan lugas, Imam Syafi'i menjawab: "Ia adalah salah seorang guruku. Ia
kumuliakan karena pernah suatu hari aku bertanya kepadanya, bagaimana
mengetahui seekor anjing telah dewasa”. Ia pun menjawab, “Untuk
mengetahuinya dengan melihat apakah anjing itu mengangkat sebelah kakinya
ketika hendak kencing. Jika iya, ketahuilah bahwa anjing itu telah berusia
dewasa."
Dari kisah di atas, seharusnya kita banyak-banyak termenung. Bagaimana tidak, menanyakan satu pertanyaan saja, Imam Syafi’i memuliakan dan menghormati orang tua tesebut. Bagaimana dengan kita? Mungkin yang sudah diajarinya sekian tahun? Bagaimana perilaku kita dengan guru kita? Silahkan dijawab di dalam hati saja.
Demikian enam adab siswa terhadap guru yang harus kita ketahui dan diterapkan untuk
mendapatkan kebekahan dalam menimba ilmu. Jika diringkas, maka pada intinya adalah seorang siswa
hendaknya berlaku hormat kepada guru baik dengan sikap-sikap tertentu maupun
dengan pandai-pandai menjaga lisan. Ia hendaknya tahu kapan dan bagaimana
sebaiknya ia berbicara kepada guru termasuk ketika hendak mengajukan pertanyaan, bergaul, bergurau maupun berinteraksi dengannya. Semoga
kita termasuk orang-orang yang selalu memuliakan para guru, baik yang di
sekolah maupun di tempat lainnya dan Semoga kita mendapatkan keberkahan dari ilmu yang
telah dipelajari dengan senantisa menjaga adab seorang penuntut ilmu terhadap
gurunya.
Posting Komentar