3 FASE YANG PERLU DIKETAHUI KETIKA USIA 40 TAHUN TIBA
Oleh: Usmul Hidayah
Literasisambas.org - Banyak orang kehilangan semangat dan vitalitas ketika menginjak usia 40 tahun. Mereka berpikir apatis, merasa tidak lagi mampu memberikan sumbangsih yang berarti, baik bagi keluarga maupun masyarakat. Kalaupun ada yang masih mampu “Unjuk Gigi”, jumlahnya sangatlah minim.
Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ
كَثِيْرًاۗ
Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah". (QS. Al-Ahzab: 21)
Beliau mulai mengemban risalah dan mengawali perjalanan dakwah pada
usia 40 tahun. Dan sejarah mencatat sepak terjang Beliau yang luar biasa hingga
memberikan hasil gemilang bagi peradaban Islam.
Selama ini banyak diantara kita salah paham tentang hakikat dalam
mengartikan disebalik usia 40 tahun. Semoga kita, baik yang sudah mancapai usia
40 tahun, maupun belum untuk selalu menjadikan umur kita bermanfaat dan
dipenuhi dengan keridhoan-Nya, baik dalam hal perkataan maupun perbuatan.
Sesungguhnya Dia-lah yang berhak dan berkuasa untuk memberikan itu semua.
Semoga Allah selalu membimbing kita semua sehingga akhir hayat.
Ada sejumlah hakikat (kenyataan) penting berkaitan dengan fase usia
yang dilalui oleh seseorang, yaitu fase setelah melewati usia 40 tahun. Jika
seseorang mengetahuinya, maka ia akan bisa menatap dan memperbarui kehidupannya
dengan penuh tenaga dan vitalitas, serta ia tidak akan pernah mau berpaling
kepada hal-hal yang melemahkan dirinya dan merusak kehidupannya. Ada 3 (tiga)
hakikat yang harus diketahui itu adalah sebagai berikut:
1.
Usia 40 Tahun merupakan Masa Kedewasaan
Allah
Subhanahu wa ta’ala, berfirman:
ۗحَتّٰىٓ اِذَا
بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ
Artinya: “Sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun”. (QS. Al-Ahqaf: 15)
Masa ini merupakan
batasan bagi manusia berkenaan dengan kematangan dan keunggulan seseorang.
Dengan demikian, periode usia ini sebagai masa perubahan dari kekuatan menuju
kelemahan serta permulaan masa kemunduran. Sebenarnya masa ini merupakan masa
keemasan, untuk lebih dermawan, lebih banyak memberi, lebih mencintai masjid,
shalatnya tidak lagi di rumah tapi sering ke masjid, lebih giat dalam
beribadah, serta masa untuk melihat segala perkara dengan pandangan yang
cerdas, bijaksana bukannya dengan pandangan yang emosional, egois atau bukan
tanpa perhitungan. Tapi, banyak diantara kita jika sudah memasuki usia 40 tahun,
tidak memahami hal ini. Akibatnya, ibadah mulai kendor, ke masjid sudah mulai lelah, membaca al-Qur’an sudah tidak
semangat, semangatnya lumpuh, cita-citanya melempem, keluh kesah dan rasa
sakitnya semangkin bertambah serta aduannya semakin banyak. Penyebabnya tidak
lain karena kesalahpahaman memahami memasuki usia 40 tahun. Jika kita pahami, sebenarnya fase ini
merupakan fase yang sangat istimewa dalam kehidupan seseorang untuk membekali,
memantapkan, menyempurnakan ibadah untuk bekal di akhirat nanti. Firman Allah:
ôç6ôã$#ur y7/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù't ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ
Artinya: “dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (QS. al-Hijr (15): 99)
2.
Usia 40 Tahun Merupakan Fase Perubahan Keyakinan Hati dan Pemikiran secara
Total
Hal ini disebabkan karena manusia sebelum usia 40 tahun dengan semangat yang membara serta berupaya semaksimal mungkin untuk meraih cita-citanya. Pada fase-fase sebelum 40 tahun, ia terpuaskan atau teryakinkan dengan berbagai pemikiran dan oreintasi tertentu, dimana ia memandang dan berpegangan yang begitu kuat terhadap prinsip dan keyakinannya. Contohnya, kebiasaan yang tidak ada tuntunan Qur’an dan Hadits, sebagai manusia yang telah melampaui usia 40 tahun harus melepaskan kebiasaan tersebut dan ini merupakan bukan suatu aib apabila kita kembali ke Sunnah Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bahwakan ini merupakan tindakan terpuji, kehidupan yang lebih afdhol, dan merupakan kemajuan ummat Islam. Maka dari itu, apabila sudah memasuki usia 40 tahun, alangkah baiknya jika melakukan evaluasi dan peninjauan kembali untuk melakukan perubahan yang lebih diridhoi sehingga ia tidak akan menyesal dikemudian hari yaitu Negeri Akhirat nanti.
3.
Usia 40 Tahun Merupakan Fase yang Memiliki Karakteristik
Sebagaian orang yang telah
berusia 40 tahun beranggapan bahwa ia telah meletakkan telapak kakinya di atas lantai kelemahan, dan memasrahkan dirinya
pada roda kemunduran. Ini merupakan kesalahpahaman yang besar dan penghargaan
yang buruk. Mengapa demikian? Sebab, setiap fase dari berbagai fase kehidupan
yang dilalui oleh manusia memiliki karakteristik yang lebih melekat daripada
yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, mari perhatikan dan dengarkan penjelasan
para ulama. Para ulama terdahulu telah membagi kehidupan indivu menjadi 2 (dua)
fase, yakni:
a.
Fase pencarian (marhalatuth tholab), yaitu masa
pencarian ilmu, pencarian dasar-dasar keimanan, dasar-dasar intelektual,
dasar-dasar akhlak, dan lainnya dan mereka membatasi hingga usia 40 tahun.
b. Fase pemberian kontribusi (marhalatul ‘atho’) yaitu fase setelah usia 40 tahun. Fase ini merupakan masa keemasan dalam memberikan kontribusi karena ia memiliki pengetahuan, wawassan, pengalaman yang memuncak. Pijakan kakinya sudah kuat, gejolaknya telah meredam, semangatnya telah terkendali, serta daya tangkap dan kedewasaannya telah matang akan ilmu yang telah ia dapatkan sebelum usia 40 tahun. Jika sudah demkian, mengapa harus merasa galau ketika memasuki fase kehidupan yang penuh berkah ini.
Sebenarnya setiap orang yang
telah mencapai usia 40 tahun menyadari bahwa ia sedang menghadapi atau
menyambut hari-harinya yang paling baik, paling indah, dan paling utama dalam
aspek berkarya dan memberikan kontribusi, memberikan faedah kepada manusia
serta berpartisipasi besar dalam mengangkat ummat ini menuju kondisi yang lebih
utama dan lebih baik. Barangkali ada yang berkata, “Hingga kapan seseorang memberikan kontribusinya?” jawabannya adalah
“Sampai Ia Mati”.
Perhatikan Imam bn Hanbal.
Seseorang melihat beliau sedang membawa tempat tintanya. Lantas ia pun berkata
kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah,
engkau telah mencapai kedudukan yang sedemikian tinggi, sedangkan engkau juga
seorang imam kaum muslimin. (Mengapa engkau masih melakukan hal seperti itu?)”.
Orang tersebut terkagum oleh ketamakan beliau teerhadap ilmu, sekalipun beliau
telah mencapai derajat iman. Beliau kemudian menjawab, “Aku akan selalu bersama dengan tempat tinta ini hingga ke kubur”.
(al-Ustadz Abdul Ghoniy ad-Daqr, Ahmad bin Hanbal: Imam Ahlis Sunnah, hal. 43)
Akan tetapi, perlu diketahui jika
seseorang yang telah berumur 40 tahun, masih ada lebih kurang 20 tahun sebagai
masa puncak kontribusinya, yaitu mulai dari usia 40 hingga 60 tahun. Tapi,
hendaknya kita waspada bahwa masa tersebut bukanlah waktu yang panjang,
sehingga ia harus benar-benar bisa memanfaatkannya secara optimal. Perkiraan
ini saya dasarkan pada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمْرُ أُمَّتِي مِنْ سِتِّينَ سَنَةً إِلَى سَبْعِينَ
سَنَةً
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Umur ummatku berkisar antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun." (HR. Iman Tirmidzi, no. 2253, dan Hadits ini berderajat Hasan)
Ini bukan berarti bahwa tidak ada
kontribusi dan karya setelah seseorang berusia 60 tahun. Akan tetapi, yang saya
maksudkan adalah bahwa fase berkarya yang paling produktif dan paling
berpengaruh adalah pada fase yang memiliki karakter berupa pergerakan yang
positif dan bermanfaat, yaitu dalam usia antara 40 hingga 60 tahun.
Sebagai penutup, sudah
sepantasnya setiap orang yang berakal cerdas tidak menyia-nyiakan usianya
dengan ketidakberdayaan. Jangan pula membawa pikirannya ke angan-angan dan
lamunan belaka. Tapi, ia haruslah bekerja dan bersungguh-sungguh dengan segala kekuatan
yang dianugerahkan kepadanya sampai ajal tiba, sedang ia masih tetap menjadi
seorang yang harus bekerja dan berupaya dengan serius. Usia 40 tahun merupakan
fase kehidupan yang penuh berkah. Boleh jadi ia merupakan pembuka kehidupan
baru.
Oleh karena itu, bertawakal-lah
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan terus maju. Mudah-mudahan
kita termasuk orang-orang yang menghasilkan amal (karya) positif serta dapat
mewariksan ke anak-cucu kelak, semoga Allah memberikan taupik dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang
merugi dalam memanfaatkan waktu. Karena pentingnya waktu bagi ummat manusia
terutama ummat Islam, sehingga Allah bersumpah dengan menyebut “demi waktu”, agar manusia memanfaatkan
waktu sebaik mungkin. Allah berfiman:
وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ
Artinya: “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (QS. Al-‘Asr: 1-3)
Wallahu’alam
Sumber: Ketika Usia
40 Tiba (Konsep Pembaruan Hidup Secara Islam Menuju Puncak Kematangan dan
Kegemilangan)
Posting Komentar