INDAHNYA MENJADI ORANG YANG SHALEH
Oleh: Usmul Hidayah
Literasisambas.org - Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala atas segala nikmat hidup pada hari ini, semoga hidup kita hari ini
mendapat bimbingan dari Allah subhanahuwata’ala
sehingga, Insya Allah lebih baik dibandingkan dengan hari-hari yang telah kita
lalui. Penting kita tanamkan di dalam diri kita, bahwa kehidupan ini terbatas,
dunia kita bukan di sini, tapi tempat berlabuh kita yang abadi di akhirat nanti. Mari
kita semua pandai-pandai menggunakan waktu untuk memperbanyak bekal dan beramal shaleh. Karena dengan beramal shaleh
yang bisa mengantarkan kita ke kampung halaman dengan selamat.
Sebagaimana firman Allah subhanahuwata’ala:
وَتَزَوَّدُواْ
فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَى
Artinya: “Berbekallah, dan
Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa”. (QS. Al-Baqarah: 197)
Mari kita panjatkan salam dan hormat kita kepada manusia
terbaik, yang telah disempurnakan jalur nasabnya, fisiknya, akhlaknya, ilmunya
oleh Sang Pencipta. Dinobatkan menjadi Pemimpin anak Adam pada hari kiamat,
penutup para nabi dan rasul, satu-satunya utusan Allah yang diutus untuk
seluruh alam semesta. Manusia terbaik ini telah membawa Hukum Halal dan Haram, Perintah dan
Larangan sebagai panduan hidup maka sangat wajar sebagai pengikut yang setia untuk
memberikan salam hormat kepada Nabi Besar Muhammad shalallahu’alaihiwassalam. Semoga dengan bimbingan beliau yakni Sunnah dan al-Qur’an, kita semua
menjadi hamba yang selalu beriman dan bertaqwa Kepada Allah subhanahuwata’ala dan pantas untuk mendapatkan Syafa’at di akhirat dan dimasukkan ke
dalam Surga Allah.
Ada sebagian
orang salah dalam memahami, mereka beranggapan jika menjadi orang yang shaleh
berarti dia akan rugi dalam hal dunia. Mungkin akan menimpa kemiskinan, mungkin
akan menimpa kesusahan, mungkin segala perkara masalah tidak akan selesai,
padahal ini adalah masalah yang masuk dalam was-wasnya syaitan dan sebaliknya
orang yang beramal shaleh artinya orang yang melaksanakan segala perintah-Nya
dan meninggalkan segala larangan-Nya. Amal shaleh adalah perilakunya, sedangkan
orangnya yang mengerjakannya disebut shaleh bagi laki-laki dan shalehah untuk
perempuan. Dijanjikan segala macam manfaat, namun masalahnya kita selalu terhambat
pada bisikan was-was syaitan yang selalu tertanam pada jiwa manusia. Jika kamu
berubah menjadi shaleh maka hidupmu akan susah, jika menghindari pekerjaan
haram yang penuh syubhat maka rezekimu akan sempit, jika kita berhenti bekerja
saat azan berkumandang atau langsung ke masjid maka pekerjaan nanti akan sulit
untuk didapatkan, jika kita menjalankan Sunnah Rasulullah maka kamu akan
dicela, dihina, akan dikatakan sok alim, sok suci bahkan diasingkan. Itulah bisikan
syaitan yang sering berbisik ditelinga kita. Perlu diketahui, sesungguhnya
orang yang shaleh sangat berbeda dengan yang lainnya.
Firman Allah
subhanahuwata’ala QS. Sad ayat 28:
أَمۡ
نَجۡعَلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَٱلۡمُفۡسِدِينَ فِي ٱلۡأَرۡضِ
أَمۡ نَجۡعَلُ ٱلۡمُتَّقِينَ كَٱلۡفُجَّارِ ٢٨
Artinya:“Apakah pantas Kami memperlakukan
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang
berbuat kerusakan dibumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang
bertaqwa sama dengan orang-orang yang jahat?”. (QS. Sad: 28)
Setiap
orang-orang yang mengerjakan amal shaleh pasti hidupnya akan tenang. Mungkin di antaranya orang yang senantiasa shalat berjama’ah di masjid. Seseorang yang hadir di masjid pasti hatinya akan
tenang dan setelah selesai ibadah akan merasakan ketentraman jiwa. Berbeda
dengan orang yang selalu meninggalkan shalat atau mengerjakan kemaksiatan. Jika
seseorang ingin melakukan kejahatan yang dilarang Allah, bukankah di hatinya
ada ketakutan, bukankah di hatinya ada rasa was-was, bukankah di hatinya ada
rasa kekhawatiran dan musibah apa yang akan didapatkan setelah melakukan
kemaksiatan kepada Allah. Inilah perbedaan orang yang shaleh dengan orang yang melakukan kemaksiatan.
Di ayat yang
lain Allah
menekankan dan menegaskan QS. al-Jasiyah ayat 21:
أَمۡ
حَسِبَ ٱلَّذِينَ ٱجۡتَرَحُواْ ٱلسَّئَِّاتِ أَن نَّجۡعَلَهُمۡ كَٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَوَآءٗ مَّحۡيَاهُمۡ وَمَمَاتُهُمۡۚ
سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ ٢١
Artinya: “Apakah orang-orang yang melakukan kejahatan
itu mengira bahwa Kami akan memperlakukan mereka seperti orang-orang yang
beriman dan yang mengerjakan kebajikan, yaitu sama dalam kehidupan dan kematian
mereka? Alangkah buruknya penilaian mereka itu”.
Inilah
jaminan Allah subhanahuwata’ala, orang yang shaleh tidak akan
sama dengan orang yang melakukan
kejahatan. Orang shaleh saat melakukan kebajikan dengan ketentraman jiwa, tidak
ada yang ditakutkan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, apakah itu ocehan
orang lain, celaan orang lain ataupun hinaan orang lain. Orang yang shaleh
hanya mengharapkan penilaian dari Allah semata bukan dari makhluk Allah yang
akan musnah dan akan dihisab pada hari kiamat kelak. Di lapangan, orang yang
melakukan kebaikan, melaksanakan shalat, zakat, sering bersedekah, berbuat baik
kepada orangtua, kepada manusia itu akan disenangi oleh Allah dan Allah akan
menjadikan makhluk di dunia senang juga kepada orang yang berbuat shaleh.
Jika ada
yang membenci, itulah ujian Allah. Apabila Ia ridha, maka Allah akan
menolongnya dan Allah akan menampakkan segala keburukan orang yang membenci
atau memfitnah dihadapan manusia di akhirat kelak. Maka dari itu, istiqamahlah
dalam menyebarkan kebaikan serta jangan pernah ada rasa was-was untuk beramal
sholeh. Semakin dalam kita menekuni keshalehan, maka makin banyak karunia Allah
yang akan datang. Sebaliknya, jika kita sering melakukan kemaksiatan, maka
semakin jauh pula karunia Allah dan akan banyak masalah-masalah yang akan kita
dapatkan sehingga menyusahkan kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat.
Semua umat
sebelum kita dibinasakan oleh Allah karena kemaksiatan mereka seperti Kaum Nabi
Nuh alaihiwassalam dengan
mendatangkan banjir yang besar. Kaum ‘Ad pada masa Nabi Hud alaihiwassalam dengan mendatangkan angin
yang sangat dingin lagi amat kencang. Kaum Tsamud pada masa Nabi Sholeh alaihiwassalam dengan mendatangkan
halilintar yang dahsyat beriringan dengan gampa bumi yang mengerikan. Kaum Nabi
Luth alaihiwassalam dengan
mendatangkan gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu. Kaum
Madyan pada masa Nabi Syuaib alaihiwassalam
dengan mendatangkan hawa panas yang teramat sangat. Itulah bentuk pelajaran
yang harus kita renungi sebelum akhir hayat.
Allah subhanahuwata’ala mengingatkan kita
dengan tegas dan membantah apabila orang yang melakukan perbuatan dosa tidak
akan dihukum oleh Allah. Allah subhanahuwata’ala berfirman di dalam QS.
al-‘Ankabut ayat 4.
أَمۡ
حَسِبَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلسَّئَِّاتِ أَن يَسۡبِقُونَاۚ سَآءَ مَا
يَحۡكُمُونَ ٤
Artinya: “Apakah orang-orang yang mengerjakan
kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari azab Kami? Sangat buruklah
apa yang mereka tetapkan itu”. (QS. Al-Ankabut: 4)
Maka dari
itu, jangan merasa aman jika kita melakukan kemaksiatan. Dengan sengaja
meninggalkan shalat,
meninggalkan
puasa, meninggalkan zakat, berjudi, mencuri,
berzina, bahkan mengambil keputusan sepihak tanpa ada tabayyun terlebih dahulu. Marilah kita
sekuat tenaga melawan bisikan syaitan yang selalu mengarahkan ke neraka. Cari teman yang bisa mengingatkan jika kita salah, cari teman
yang bisa mengingatkan jika waktu shalat, cari teman yang bisa mengingatkan
untuk selalu shalat berjama’ah. Sungguh orang yang shaleh itu bawel, karena sering mengingatkan atau
peduli akan temannya jika ia lalai dalam perintah Allah. Itulah teman
sebaik-baik teman. Ada yang menampar tapi mengingatkan itu lebih baik daripada
membelai tapi melalaikan.
Adapun
keutamaan atau keuntungan atau janji Allah subhanahuwata’ala bagi orang yang shaleh adalah QS. an-Nahl ayat 97:
مَنۡ
عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ
حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ
يَعۡمَلُونَ ٩٧
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh,
baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan”.
Adapun
keutamaan yang lain, seperti Allah akan
memaafkan semua kesalahannya (QS. 11:11). Allah akan memberikan derajat yang
tinggi (QS. 20:75). Allah akan memberikan keamanan, tidak akan takut dan sedih
(QS. 5:69). Allah akan memberikan limpahan rezeki yang luas (QS. 22:50). Allah
menjanjikan bertemu dengan Allah di surga. Melihat Allah adalah kenikmatan
terbesar bagi orang yagn masuk surga. (QS. 18:110). Allah akan
mempertemukan/menjodohkannya dengan orang yang shaleh/shalehah (QS.
24:32). Allah akan melipatgandakan dan memberikan pahala yang sempurna dan
tidak putus-putusnya (QS. 3:57) dan Allah akan memasukkannya ke Surga (QS.
40:40). Itulah janji Allah bagi orang yang sholeh, dan Mustahil Allah akan
mengingkari janji-Nya.
Sebagai
penutup, apa pun yang kita dapatkan menjadi orang yang shaleh, dan perlu ditegaskan menjadi shaleh jangan setengah-setengah. Apa pun perkataan
orang disekitar kita, bagaimana pun perubahan yang terjadi efek dari menjadi
orang yang shaleh,
jangan diperdulikan. Ingat, kita hanya mencari penilaian Allah subhanahuwata’ala semata, bukan penilaian Makhluk
Allah. Jika kita mencari penilaian manusia maka siap-siap untuk kecewa dan
terjatuh, tapi jika Allah menjadi patokan maka Rahmat Allah dan pertolongan
Allah akan hadir selalu bersama kita.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi
nasehat terutama bagi saya pribadi dan bagi pembaca sekalian. Wallahu a’lam....
Posting Komentar