BULAN MUHARRAM YANG “TERNODAI”
Oleh: Usmul Hidayah
Literasisambas.org - Tahun Hijriyyah terdiri dari 12 bulan. Salah satunya adalah bulan Muharram. Bulan
Muharram adalah bulan yang istimewa dalam Islam. Nabi menyebutkan bulan
Muharram dengan nama Syahrullah (bulan Allah). Rasulullah bersabda:
“Puasa yang paling afdhol setelah
puasa Ramadhan adalah puasa pada Syahrullah al-Muharram. (HR. Muslim, No. 1163)
Al-Hafizh
Ibn Rajab mengatakan: “Nabi memberi nama Muharram dengan Syahrullah.
Penyandaran bulan ini kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala menunjukan kemuliaan dan keutamaannya. Karena Allah tidak akan
menyandarkan sesuatu kepada dirinya kecuali pada makhluknya yang khusus”. (Lathaiful Maarif. Halaman 81)
Para
sahabat atau para salaf terdahulu sangat menantikan bulan yang agung ini,
bahkan mereka berlomba-lomba mengerjakan amal shaleh sebagai bekal pulang ke kampung
halaman yakni alam akhirat.
Diantara
amal shaleh yang sangat dianjurkan adalah puasa ‘Asyura di hari 10 Muharram
yang keutamaannya dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu, sebagimana Rasululllah
Shalallahu’alaihiwasslam bersabda: “Puasa A’syura aku memohon kepada Allah agar
dapat menghapus dosa satu tahun yang lau”. (HR. Muslim, No. 1162)
Namun seiring perkembangan zaman ini, banyak orang membuat amalan atau ibadah baru yang tidak ada sumbernya baik dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Mereka menganggap baik amalan tersebut dan tidak terlepas amalan dibulan Muharram. Diantara amalan yang populer dan dianggap baik dikalangan masyarakat adalah, antara lain:
1. Keyakinan Bahwa Bulan Muharram Bulan Keramat
Keyakinan semacam ini masih bercokol pada sebagian masyarakat. Atas dasar keyakinan ala jahiliyyah inilah banyak dikalangan masyarakat yang enggan menikahkan putrinya pada bulan ini karena alasan akan membawa sial dan kegagalan dalam berumah tangga. (Syarah Masail al-Jahiliyyah, DR. Shalih al-Fauzan. Halaman 302)
Syaikh Bakr bin
Abdillah Abu Zaid bekata: “Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun do’a atau
dzikir untuk awal tahun. Manusia zaman ini sekarang banyak membuat bid’ah
berupa do’a, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal
tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir
atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya
sama sekali”. (Tashih ad-Duu’a, Bakr Abu
Zaid. Halaman 107)
Tidak ragu lagi perkara
ini termasuk bid’ah. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan
peringatan tahun baru hijriyyah. Perkara ini termasuk bid’ah yang jelek. (Bida’ wa Akhtho’. Halaman 218. Lihat secara
luas masalah ini dalam risalah Al-ihtifal bi Ra’si Sanah wa Musyabahati Ashabil
Jahim oleh Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari)
Amalan ini termasuk
amalah yang mungkar karena tidak ada hujjahnya. Begitu juga puasa akhir tahun
Hijriyyah. Telah banyak beredar dimedia sosial tentang amalan ini, adapun
hadits yang berbunyi:
“Barangsiapa yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah
dan puasa awal tahun pada bulan Muharram, maka dia telah menutup akhir tahun
dengan puasa dan membuka awal tahunnya dengan puasa. Semoga Allah menghapuskan
dosanya selama lima puluh tahun”.
Lalu bagaimana para ulama menilai hadits tersebut?
1)
Adz Dzahabi
dalam Tartib al-Mawdhu’at (Hal. 181), mengatakan bahwa: al-Juwaibari dan
gurunya “Wahb bin Wahb” yang meriwayatkan hadits ini termasuk Pemalsu Hadits.
2)
Asy Syaukani
dalam al-Fawa id al-Majmu’ah (Hal. 96), mengatakan bahwa ada dua perawi
pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
3)
Ibnul Jauzi
dalam Mawdhu’at (Jilid 2/ Hal. 566), mengatakan bahwa al-Juwaibari dan Wahb
yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang Pendusta dan Pemalsu Hadits.
Dari ketiga pendapat, dapat kita menarik kesimpulan bahwa hadits tersebut tidak dapat dijadikan Hujjah dalam beramal dan bukan dari Rasulullah Shalallahu’alaihiwasslam. Sehingga tidak perlu mengkhususkan puasa diakhir bulan Dzulhijjah dan diawal bulan Muharram karena haditsnya jelas-jelas palsu.
5. Menghidupkan Malam Pertama Bulan Muharram
Syaikh Abu Syamah
berkata: “Tidak adak keutamaaan sama sekali pada malam pertama bulan Muharram.
Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam masalah ini.
Bahkan dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan, aku khawatir “Aku berlindung
kepada Allah” bahwa perkara ini hanya muncul dari seorang pendusta yang
membuat-buat hadits. (al-Ba’its Ala
Inkaril Bida’ wal Hawadits. Halaman 239)
Syaikh Bakr Abu Zaid
berkata: “Termasuk bentuk bid’ah dzikir dan do’a adalah menghidupkan malam hari
‘Asyura dengan dzikir dan ibadah. Mengkhususkan do’a padas malam hari ini
dengan nama do’a hari ‘Asyura, yang konon katanya barangsiapa yang membaca do’a
ini tidak akan mati tahun tersebut. Atau membaca surat al-Qur’an yang
disebutkan nama Musa pada shalat shubuh hari ‘Asyura. (Bida’ al-Qurro Bakr Abu Zaid. Halaman 9)
Diantara do’anya
adalah:
“Barangsiapa yang
mengucapkan -Hasbiyallah wa ni’mal wakil
an-Nashir- sebanyak tujuh puluh kali pada hari ‘Asyura maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya dari
keburukan pada hari itu”.
Do’a ini tidak ada asalnya dari Nabi, para sahabat maupun para tabi’in. Tidak disebutkan dalam hadits-hadits yang lemah apalagi hadits yang shahih. Do’a ini hanya berasal sebagian manusia. Bahkan sebagian syaikh sufi ada yang berlebihan bahwa barangsiapa yang membaca do’a ini pada hari ‘Asyura dia tidak akan mati pada tahun tersebut. (Du’a Khotmil Qur’an, Ahmad Muhammad al-Barrok, buku ini sarat dengan khurafat dan kedustaan – Bida’ wa Akhto. Halaman 230)
Demikianlah ritual yang tidak ada dasarnya untuk dijadikan amalan. Sungguh semua itu adalah kemungkaran yang sangat betentangan dengan Syari’at Islam dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan dalil yang shahih. Amalan tersebut hanyalah menodai keagungan, kemuliaan, dan keindahan bulan Muharram. Semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari amalan yang dapat mencelakai kita di akhirat kelak.
Semoga tulisan yang ringkas ini dapat menjadi pemicu semangat bagi kaum muslimin untuk lebih mendalami agama Islam dengan sebenarnya sehingga kita dapat mengenali mana yang haq dan mana yang bathil. Pada akhirnya, kita tidaklah beramal kecuali di atas dasar ilmu yang benar yaitu yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih sesuai dengan pemahaman salafush shalih.
Ya Allah, jadikanlah kami
orang-orang yang Engkau inginkan kebaikan, berikan kami kesabaran untuk
menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu, beri kami kesabaran dalam
menhadapi musibah yang menerpa, beri kami kefaqihan dalam beragama dan bukakan
untuk kami pintu amal shalih sebelum kami wafat.
Wallahua’lam....
Posting Komentar